Selamat Datang di Official Website SDN Jati 07 Pagi, Kec. Pulogadung, Kota Administrasi Jakarta Timur | Terima kasih atas kunjungan Anda dan mari bangun pendidikan untuk masa depan lebih baik
Featured

Prestasi Gemilang Siswa SDN Jati 07 dalam Kejuaraan Pencak Silat Usia Dini

Jati, 29 Agustus 2025 – Prestasi membanggakan kembali ditorehkan oleh siswa-siswi SDN Jati 07 dalam ajang kejuaraan pencak silat tingkat usia dini yang diselenggarakan pada tanggal 29 Agustus 2025. Dalam ajang ini, para siswa menunjukkan kemampuan luar biasa dan semangat juang tinggi, sehingga berhasil membawa pulang berbagai medali dan piagam penghargaan.

Empat siswa dari SDN Jati 07 yang berhasil meraih juara dalam kejuaraan tersebut antara lain:

Featured

Cek Kesehatan Gratis dan Bulan Imunisasi Anak Sekolah di SDN Jati 07

SDN Jati 07 Jakarta Timur kembali menyelenggarakan kegiatan Cek Kesehatan Gratis (CKG) dan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) bekerja sama dengan Puskesmas Kecamatan Pulo Gadung. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 4, 8, dan 9 September 2025 dengan sasaran seluruh siswa kelas 1 hingga 6.

Jadwal Pelaksanaan

Kekurangan Gizi (Malnutrisi)

Kesehatan anak usia sekolah dasar sangat dipengaruhi oleh asupan gizi yang seimbang. Pada masa ini, anak sedang berada pada fase pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, baik secara fisik maupun mental. Kekurangan gizi atau malnutrisi masih menjadi masalah yang cukup sering dijumpai di Indonesia, terutama pada anak usia sekolah dasar. Kondisi ini dapat berdampak buruk terhadap tumbuh kembang, prestasi belajar, dan kualitas hidup anak di masa depan.

Pengertian Kekurangan Gizi

Kekurangan gizi (malnutrisi) adalah kondisi ketika tubuh tidak mendapatkan cukup zat gizi penting, seperti karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral. Anak dengan kekurangan gizi umumnya tampak lemah, mudah lelah, berat badan kurang dari standar usianya, serta rentan terhadap penyakit.

Penyebab Kekurangan Gizi

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kekurangan gizi pada anak usia sekolah dasar antara lain:

  1. Asupan makanan tidak seimbang, misalnya terlalu banyak makanan instan atau jajanan tidak sehat.

  2. Kurangnya konsumsi protein, seperti ikan, telur, dan daging.

  3. Kebiasaan sarapan yang terabaikan, sehingga anak kekurangan energi untuk belajar.

  4. Penyakit infeksi berulang (diare, cacingan, ISPA) yang mengganggu penyerapan gizi.

  5. Faktor ekonomi keluarga yang membatasi kemampuan menyediakan makanan bergizi.

Gejala Kekurangan Gizi

Anak dengan malnutrisi biasanya menunjukkan tanda-tanda berikut:

  • Berat badan rendah atau tidak sesuai usia.

  • Pertumbuhan tinggi badan terhambat.

  • Wajah tampak pucat, mudah lelah, dan kurang bersemangat.

  • Konsentrasi belajar menurun.

  • Rentan terserang penyakit karena daya tahan tubuh lemah.

Dampak Kekurangan Gizi

Jika tidak segera diatasi, kekurangan gizi dapat berdampak jangka panjang, seperti:

  • Stunting (kerdil): tinggi badan lebih rendah dari standar usia.

  • Gangguan perkembangan otak: berdampak pada kecerdasan dan prestasi akademik.

  • Penurunan daya tahan tubuh: anak lebih mudah terkena infeksi.

  • Risiko penyakit kronis di masa dewasa, seperti diabetes atau penyakit jantung.

Upaya Pencegahan dan Penanganan

Untuk mencegah dan mengatasi kekurangan gizi pada anak usia sekolah dasar, langkah-langkah yang dapat dilakukan antara lain:

  1. Menerapkan pola makan seimbang dengan menu yang mengandung karbohidrat, protein, sayur, buah, dan susu.

  2. Membiasakan sarapan sehat sebelum sekolah.

  3. Mengurangi konsumsi jajanan tidak sehat dan menggantinya dengan bekal bergizi dari rumah.

  4. Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, termasuk timbang berat badan dan ukur tinggi badan secara berkala.

  5. Memberikan edukasi gizi kepada orang tua dan siswa melalui kegiatan sekolah.

Penutup

Kekurangan gizi pada anak usia sekolah dasar merupakan masalah serius yang perlu mendapat perhatian bersama dari orang tua, guru, dan pihak sekolah. Dengan pola makan seimbang, kebiasaan hidup sehat, serta perhatian terhadap kesehatan anak, malnutrisi dapat dicegah. Anak yang bergizi baik akan tumbuh lebih sehat, aktif, dan memiliki prestasi belajar yang lebih optimal.

Diare pada Anak Usia Sekolah Dasar

Diare merupakan salah satu penyakit yang sering dialami anak usia sekolah dasar. Penyakit ini ditandai dengan buang air besar lebih dari tiga kali dalam sehari dengan konsistensi cair. Diare pada anak tidak boleh dianggap sepele, karena dapat menyebabkan dehidrasi yang berbahaya bila tidak segera ditangani.

Penyebab Diare

Penyebab utama diare pada anak usia sekolah dasar biasanya berkaitan dengan faktor kebersihan. Beberapa di antaranya adalah:

  1. Konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi kuman.

  2. Kurangnya kebiasaan cuci tangan dengan sabun sebelum makan.

  3. Lingkungan sekolah atau rumah yang kurang bersih.

  4. Infeksi bakteri, virus, atau parasit pada saluran pencernaan.

  5. Alergi makanan atau intoleransi laktosa.

Gejala Diare

Gejala diare pada anak dapat bervariasi, antara lain:

  • Buang air besar cair lebih dari tiga kali sehari.

  • Perut mulas atau kembung.

  • Mual dan muntah.

  • Demam ringan.

  • Anak tampak lemas, haus, dan mudah rewel.

  • Bibir kering dan mata cekung sebagai tanda dehidrasi.

Dampak Diare bagi Anak Usia SD

Diare dapat mengganggu aktivitas belajar anak karena tubuh yang lemah dan tidak nyaman. Selain itu, jika diare berlangsung lama, anak berisiko mengalami kekurangan gizi dan gangguan tumbuh kembang.

Pencegahan Diare

Untuk mencegah diare pada anak usia sekolah dasar, dapat dilakukan langkah-langkah berikut:

  1. Menanamkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum makan dan setelah dari toilet.

  2. Membiasakan anak membawa bekal makanan sehat dari rumah.

  3. Menjaga kebersihan lingkungan sekolah dan rumah, terutama toilet dan tempat makan.

  4. Memberikan air minum yang matang dan bersih.

  5. Mengajarkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) sejak dini.

Penanganan Diare

Jika anak terkena diare, langkah yang dapat dilakukan adalah:

  • Memberikan cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi, misalnya oralit.

  • Memberikan makanan yang mudah dicerna, seperti bubur atau pisang.

  • Segera membawa anak ke fasilitas kesehatan apabila diare disertai muntah terus-menerus, demam tinggi, atau tanda dehidrasi berat.

Penutup

Diare merupakan penyakit yang umum terjadi pada anak usia sekolah dasar, namun dapat dicegah dengan kebiasaan hidup bersih dan sehat. Peran orang tua, guru, dan lingkungan sekolah sangat penting untuk mengajarkan kebersihan makanan, minuman, serta kebiasaan cuci tangan yang benar. Dengan pencegahan yang baik, anak dapat tumbuh sehat dan belajar dengan optimal tanpa terganggu masalah kesehatan pencernaan.

Demam Berdarah Dengue (DBD) pada Anak Usia Sekolah Dasar

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang sering menyerang anak-anak, termasuk pada usia sekolah dasar. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Anak-anak sekolah dasar rentan terinfeksi karena aktivitas mereka banyak dilakukan di luar ruangan serta terkadang kurang memperhatikan kebersihan lingkungan.

Penyebab dan Penularan

DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang membawa virus dengue. Nyamuk ini biasanya aktif menggigit pada pagi hingga sore hari. Lingkungan sekolah maupun rumah yang memiliki banyak genangan air sangat berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk.

Gejala Demam Berdarah

Gejala DBD pada anak usia sekolah dasar antara lain:

  1. Demam tinggi mendadak (39–40°C) selama 2–7 hari.

  2. Nyeri kepala, pegal otot, dan sendi.

  3. Mual, muntah, dan tidak nafsu makan.

  4. Bintik-bintik merah pada kulit akibat perdarahan.

  5. Hidung/gusi mudah berdarah.

  6. Lemah, pucat, dan kadang pingsan.

Gejala tersebut perlu segera diwaspadai. Jika tidak ditangani dengan cepat, DBD dapat menyebabkan komplikasi serius hingga mengancam jiwa.

Dampak bagi Anak Sekolah Dasar

Pada anak usia SD, DBD bisa menimbulkan dampak serius, seperti:

  • Ketidakhadiran di sekolah dalam waktu lama.

  • Penurunan konsentrasi belajar akibat kondisi tubuh yang lemah.

  • Risiko komplikasi medis yang berbahaya jika terlambat ditangani.

Pencegahan DBD

Pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Upaya yang dapat dilakukan antara lain:

  1. Gerakan 3M Plus:

    • Menguras tempat penampungan air.

    • Menutup rapat wadah air.

    • Mengubur barang bekas yang dapat menampung air.

    • Plus: menggunakan kelambu, lotion anti nyamuk, dan menjaga kebersihan lingkungan.

  2. Program Jumat Bersih di sekolah dengan melibatkan siswa membersihkan kelas dan halaman dari genangan air.

  3. Pendidikan kesehatan kepada siswa agar terbiasa menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

  4. Pemeriksaan kesehatan rutin jika anak mengalami demam tinggi mendadak.

Penutup

DBD merupakan penyakit serius yang perlu diwaspadai terutama pada anak usia sekolah dasar. Peran orang tua, guru, dan masyarakat sangat penting dalam upaya pencegahan melalui kebersihan lingkungan dan edukasi kesehatan. Dengan kesadaran bersama, risiko penyebaran DBD pada anak dapat ditekan sehingga mereka dapat belajar dan tumbuh dengan sehat.

Official Website by SDJ07